Pages

Erlangga09

Berbagi Ilmu dan Informasi

Rabu, 16 Desember 2015

Jenis-jenis Patung berdasarkan Fungsinya


A. Patung Religi
       Tujuan pembuatan patung ini adalah untuk sarana beribadah dan bermakna religius bagi sebagian umat beragama


Aliran dan Gaya Lukisan Seni


A. Representatif

     Representatif disini adalah perwujudan gaya seni rupa yang menggunakan keadaan nyata pada kehidupan masyarakat dan gaya alam. Gaya seni rupa yang termasuk dalam representatif adalah :
  • Naturalisme, yaitu aliran seni lukis yang penggambarannya alami atau sesuai dengan keadaan alam. Pelukis yang beraliran naturalisme antara lain, Basuki Abdullah, Abdullah Suryobroto, Mas Pringadi, Wakidi, Rubens, William Bliss Baker, Constabel, dll.
Lukisan "Kakak dan Adik" karya Basuki Abdullah


  • Realisme, yaitu aliran seni lukis yang memandang dunia ini tanpa ilusi, apa adanya tanpa menambah atau mengurangi objek, penggambarannya sesuai dengan kenyataan hidup. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Trubus, Wardoyo, Tarmizi, S. Sudjojono, Dullah, dll.
Lukisan karya Trubus Soedarsono


  • Romantisme, yaitu aliran seni lukis yang lebih bersifat imajiner, melukiskan cerita-ceritta yang romantis, peristwa yang dahsyat, atau kejadian yang dramatis. Pelukis yang beraliran ini antara lain, Raden Saleh, Francisco Goya, dan Turner.
sumber : poskotanews.com
Lukisan "Penangkapan Diponegoro" karya Raden Saleh



B. Deformatif

     Deformatif disini adalah perubahan bentuk dari aslinya sehingga menghasilkan bentuk baru, tetapi tidak meninggalkan bentuk dasar aslinya. Gaya seni rupa yang termasuk dalam deformatif adalah :
  • Ekspresionisme, yaitu aliran seni lukis yang penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa sang pelukis yang spontan saat melihat objek karyanya. Pelukis yang beraliran seperti ini contohnya, Vincent van Gogh dan Affandi.
sumber : en.wikipedia.org
Lukisan "The Starry Night" karya Van Gogh


  • Impresionisme, yaitu aliran seni lukis yang penggambarannya sesuai dengan kesan saat objek tsb dilukis. Pelukis yang termasuk dalam aliran ini adalah Claude Monet, Georges Seurat, Paul Cezanne, Paul Gauguin, dan S. Sudjojono.
Lukisan "Water Lilies" karya Claude Monet


  • Surealisme, yaitu aliran seni lukis yang penggambarannya menyerupai bentuk-bentuk yang sering terjadi di dalam mimpi. Pelukis yang beraliran ini antara lain Salvador Dali.
sumber : www.wikiart.org
Lukisan "The Persistence of Memory" karya Salvador Dali


  • Kubisme, yaitu aliran seni lukis yang penggambarannya berupa bentuk-bentuk dasar geometri seperti kotak. Pelukis yang beraliran ini antara lain Pablo Picasso, But Mochtar, Srihadi, Fajar Sidik, dan Mochtar Apin.
sumber : en.wikipedia.org
Lukisan "Three Musicians" karya Pablo Picasso


C. Nonrepresentatif

       Nonrepresentatif adalah suatu aliran seni lukis yang penggambarannya dengan bentuk yang sulit untuk dikenali atau dengan kata lain bersifat abstrak. Pelukis beraliran ini antara lain, Amry Yahya, Fajar Sidik, But Mochtar, Sadali, dan Jackson Pollock.

Lukisan karya Jackson Pollock







Sejarah Perang Dunia II


A. Penjelasan :

        Perang Dunia Kedua (1939-1945) disebut sebagai "the greatest war of history" karena melibatkan puluhan negara dan jutaan tentara dari berbagai belahan dunia. Dampak perang tsb telah mengakibatkan puluhan juta korban jiwa dan penderitaan secara luas. Pada masa tsb, bangsa Indonesia menjadi korban penjajahan Jepang yang berambisi memenangkan Perang Dunia Kedua.

Selasa, 15 Desember 2015

Definisi Hukum menurut Para Ahli




1. Menurut Prof. Dr. van Kan, hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

Sabtu, 05 Desember 2015

Home Sweet Home

   


Haloo... Sobat Blogger :v
Selamat datang di blog saya yang memang masih abal-abalan ini... 

Oh ya kali ini saya akan memposting tentang rumah kediaman saya yang berada di Magetan, Jawa Timur :v

Oke first of all saya mau bilang kalau sebenarnya rumah kediaman saya yang asli bukanlah di Magetan, tetapi malah di Sidoarjo. Lalu mengapa saya bisa ada di Magetan ? Oke, jadi ceritanya profesi ayah saya itu hakim jadi tugasnya pindah-pindah antar pulau mubeng Nusantara. Jadi di Magetan saya hanya menempati rumah dinas.

Rumah saya berada di Jalan Jaksa Agung Suprapto no. 18 tepatnya di sebelah timur Alun-alun kota Magetan atau berada tepat di sebelah Gang Wonosegoro. Saya dan keluarga telah menempati rumah tersebut selama kira-kira 2 tahun.


Rumah saya ini saya bilang cukup strategis. Mengapa strategis ? Karena 
1. Dekat dengan pusat kota Magetan sehingga jika membeli barang dan jasa cukup mudah
2. Rumah saya ini dekat dengan SMPN 1 Magetan, yaitu sekolah saya. Kira-kira hanya berjarak 100 m dari rumah saya
3. Di lingkungan sekitar saya banyak tetangga yang ramah dan banyak juga pepohonan sehingga udara terasa sangat sejuk.
4. Jalan JA Suprapto merupakan jalan utama atau jalan besar sehingga sering dilalui dan menyebabkan keramaian.


Oke sobat Blogger, saya kira hanya itu saja deskripsi tentang tempat tinggal saya. Jika ada kekurangan, mohon beri komentar kalian di kolom komentar :v

Terima kasih....

Jumat, 04 Desember 2015

Sejarah Konferensi Asia-Afrika






Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka Bandung tanggal 18-25 April 1955. Konferensi itu dihadiri oleh 29 negara dari rencana 30 negara yang diundang. Negara-negara tersebut adalah Afghanistan, Ethiopia, India, Indonesia, Filiphina, Irak, Iran, Jepang, Thailand, Kamboja, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Mesir, Myanmar (Burma), Nepal, Pakistan, Ghana, Saudi Arabia, Sri Lanka, Sudan, Syiria, RRC, Turki, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, Yaman, dan Yordania. Satu negara yang diundang, tetapi tidak hadir adalah Afrika Tengah (Rhodesia) karena kondisi di dalam negeri tersebut tidak stabil.


Faktor Pendorong terlaksananya KAA :
  • Faktor Internal  : persamaan historis antar negara-negara di kawasan Asia dan Afrika, terutama   sebagai korban penjajahan bangsa Barat.
  • Faktor Eksternal : ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur yang memicu Perang Dingin (Cold War)


Pelopor Konferensi Asia-Afrika :

1. Indonesia    (Ali Sastroamidjojo) 

2. India ( Pandit Jawaharlal Nehru ) 
      
3. Sri Lanka ( Sir John Kotelawala )

4. Pakistan ( Moh. Ali Jinnah )

5. Burma ( U Nu)


Kelima negara di atas sempat mengadakan dua kali konferensi pendahuluan sebelum melaksanakan KAA di Bandung, antara lain :

1. Konferensi Kolombo atau Konferensi Panca Negara I, dilaksanakan di Kolombo, Srilangka pada tanggal 28 April-2 Mei 1954.

2. Konferensi Bogor atau Konferensi Panca Negara II, dilaksanakan di Bogor, Indonesia pada tanggal 28-31 Desember 1954.


Hasil Konferensi Asia-Afrika :

Hasil KAA dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yang isi pokoknya sebagai berikut :

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB 
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa

3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil

4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam persoalan-persoalan dalam negeri negara lain

5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB

6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain

7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara

8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB

9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama

10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

Kamis, 03 Desember 2015

Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara




  

*
                                                  a. Kerajaan Samudera Pasai


                                                          (id.wikipedia.org)

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berada di pesisir timur laut Aceh, kabupaten Lhokseumawe, Aceh Utara. Raja pertama kerajaan ini adalah Sultan Malik Al-Saleh yang tercantum pada sebuah nisan kubur yang ditemukan di daerah sekitar kerajaan. Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran karena serangan dari bangsa Portugis dan runtuh pada tahun 1524 M.
                

b. Kerajaan Aceh

                                           (www.artikelsiana.com)

Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama kabupaten Aceh Besar. Nama Aceh menanjak dengan cepat pada abad ke 17  masehi. Sultan pertama yang sekaligus menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Beliau merupakan raja Aceh pertama yang mau bekerja sama dengan Portugis. Selanjutnya, yang menjadi peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al Qahar. Kerajaan Aceh mengalami puncak keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Bandar Aceh mampu dibuka menjadi pelabuhan internasional dan beliau juga berhasil membuat UU tentang tata pemerintahan yang disebut Adat Makuta Alam. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, kerajaan Aceh berangsur-angsur mengalami kemunduran.

c. Kerajaan Demak

                                           (sejarahbudayanusantara.weebly.com)

Kerajaan Demak terletak di Demak,  Jawa Tengah. Kerajaan Demak ini adalah kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Beliau merupakan putra Prabu Kertabumi, seorang raja Majapahit. Wilayah kerajaan Demak cukup luas, yaitu meliputi daerah sepanjang pantai utara Jawa. Tahun 1518, Raden Patah digantikan oleh putranya, yaitu Pati Unus. Beliau bergelar Pangeran Sabrang Lor karena usahanya dalam memerangi Portugis di Malaka tahun 1513 M. Kerajaan Demak runtuh pada tahun 1568 M. 

 d. Kerajaan Pajang (1568-1586)


Kerajaaan Pajang adalah penerus dari kerajaan Demak. Ibukota kerajaannya adalah Kartasura. Pendiri kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng gunung Merapi. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Pemegang tahta selanjutnya setelah Sultan Hadiwijaya wafat adalah Sutawijaya, yang merupakan anak kandung dari Ki Ageng Pemanahan dan anak angkat dari Sultan Hadiwijaya sendiri. Saat Sutawijaya berkuasa, beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram (1586 M). Sejak itu berdirilah kerajaan Mataram Islam dengan ibukotanya di Kotagede, sebelah tenggara kota Yogyakarta.

e. Kerajaan Mataram Islam (abad 17-19 M)

                                                         (www.biografiku.com)

Kerajaan Mataram Islam berdiri tahun 1586 M dan raja pertamanya adalah Sutawijaya yang bergelar “Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama” artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama. Pusat kerajaan ini ada di Kotagede, Yogyakarta. Kerajaan Mataram mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M). Pada masa Sultan Agung banyak prestasi besar yang dicapai, seperti berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan berhasil menyusun UU yang merupakan perpaduan antara adat Jawa dengan hukum Islam yang disebut Surya Alam.
  
f. Kerajaan Banjar (1526  M)


Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalsel sekarang. Awalnya pusat kerajaannya ada di Kuin Utara, tetapi akhirnya dipindah ke Martapura setelah Kuin dihancurkan oleh Belanda. Sultan pertamanya adalah Sultan Suriansyah (Raden Samudera). Wilayah kerajaan Banjar cukup luas, hampir seluruh Kalimantan. Kerajaan Banjar runtuh saat berakhirnya Perang Banjar tahun 1905 M. Raja terakhir adalah Sultan Muhammad Seman (1862-1905 M). 

g. Kerajaan Gowa-Tallo
 


Pada awalnya, Kerajaan Gowa – Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar, terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam. Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653 – 1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transit di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.

Perkembangan Makassar menyebabkan VOC merasa tersaingi. Makassar tidak tunduk kepada VOC, bahkan Makassar membantu rakyat Maluku melawan VOC. Kondisi ini mendorong VOC untuk berkuasa di Makassar dengan menjalin kerja sama dengan Makassar, tetapi ditolak oleh Hasanuddin. Oleh karena itu, VOC menyerang Makassar dengan membantu Aru Palaka yang telah bermusuhan dengan Makassar. Akibatnya, benteng Borombong dan ibu kota Sombaopu jatuh ke tangan musuh, Hasanuddin ditangkap dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).   

Akibat kekalahannya, peranan Makassar sebagai penguasa pelayaran dan perdagangan berakhir. Sebaliknya, VOC memperoleh tempat yang strategis di Indonesia bagian timur. Rakyat Makassar yang tidak mau menerima Perjanjian Bongaya, seperti Kraeng Galesung dan Monte Merano, melarikan diri ke Mataram. Selanjutnya, untuk memperlemah Makassar, benteng Sombaopu dihancurkan oleh Speelman dan benteng Ujung Pandang dikuasai VOC diganti nama menjadi benteng Ford Roterdam.  

h. Kerajaan Ternate dan Tidore


Di Maluku terdapat dua kerajaan yang berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate terdiri dari persekutuan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, Ambon, (disebut Uli Lima) sebagai pimpinannya adalah Ternate. Adapun Tidore terdiri dari sembilan satuan negara disebut Uli Siwa yang terdiri dari Makyan, Jailolo, dan daerah antara Halmahera – Irian. Kedatangan Islam ke Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam sudah masuk daerah Maluku. Raja Ternate kedua belas, Molomateya (1350 – 1357) bersahabat karib dengan orang Arab yang memberi petunjuk mengenai cara membuat kapal. Raja yang benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin (1486 – 1500). Ia mendapat ajaran Islam dari Sunan Giri. Kekuasaan Ternate dan Tidore mencakup pulau-pulau yang ada di sekitarnya. Penghasilan utamanya adalah cengkih, pala, rempah-rempah, dan ramuan obat-obatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat Eropa.

Ketika bangsa Portugis datang ke Ternate, mereka bersekutu dengan bangsa itu (1512). Demikian juga ketika bangsa Spanyol datang ke Tidore, mereka juga bersekutu dengan bangsa itu (1512). Portugis akhirnya dapat mendirikan benteng Sao Paulo di Ternate dan banyak melakukan monopoli perdagangan. Tindakan ini menimbulkan perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Hairun (1550 – 1570). Tindakan Musquita menangkap Sultan Hairun dilepas setelah kembali, tetapi kemudian dibunuh setelah paginya disuruh berkunjung ke benteng Portugis.

Sultan Baabullah (1570 – 1583) memimpin perlawanan untuk mengenyahkan Portugis dari Maluku sebagai balasan terhadap kematian ayahnya. Benteng Portugis dikepung selama 5 tahun, tetapi tidak berhasil. Sultan Tidore yang berselisih dengan Ternate kemudian membantu melawan Portugis. Akhirnya, benteng Portugis dapat dikuasai setelah Portugis menyerah karena dikepung dan kekurangan makanan.

Tokoh dari Tidore yang anti-Portugis adalah Sultan Nuku. Pada tanggal 17 Juli 1780, Pata Alam dinobatkan sebagai vasal dari VOC dengan kewajiban menjaga keamanan di wilayahnya, yaitu Maba, Weda, Patani, Gebe, Salawatti, Missol, Waiguna, Waigen, negeri-negeri di daratan Irian, Pulau Bo, Popa, Pulau Pisang, Matora, dan sebagainya. Di sisi lain, Sultan Nuku terus mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Ternate dan Tidore.

 Pada tahun 1783, Pata Alam menjalankan strategi untuk meraih loyalitas raja-raja Irian. Akan tetapi, usaha tersebut menemui kegagalan, karena para utusan dengan pasukan mereka berbalik memihak Nuku. Akhirnya, Pata Alam dituduh oleh Kompeni bersekongkol dengan Nuku. Pata Alam ditangkap dan rakyat pendukungnya dihukum. Peristiwa ini sering disebut Revolusi Tidore (1783).

Untuk mengatur kembali Tidore, pada tanggal 18 Oktober 1783, VOC mengangkat Kamaludin untuk menduduki takhta Tidore sebagai vasal VOC. Di sisi lain, perjuangan Nuku mengalami pasang surut. Pada tahun 1794, gerakan tersebut mendapat dukungan dari Inggris. Sekembalinya dari Sailan, Pangeran Jamaludin beserta angkatannya menggabungkan diri dengan Nuku. Pada tanggal 12 April 1797 Angkatan Laut Nuku muncul di Tidore. Hampir seluruh pembesar Tidore menyerah, kecuali Sultan Kamaludin berserta pengawalnya. Mereka menyerahkan diri ke Ternate. Tidore diduduki oleh Nuku hingga meninggal tanggal 14 November 1805 dan digantikan oleh  adiknya sendiri, yaitu Zaenal Abidin.
 
 









 

 





Designed by Ian Mintz TopTechTune