Pages

Berbagi Ilmu dan Informasi

Kamis, 03 Desember 2015

Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara




  

*
                                                  a. Kerajaan Samudera Pasai


                                                          (id.wikipedia.org)

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berada di pesisir timur laut Aceh, kabupaten Lhokseumawe, Aceh Utara. Raja pertama kerajaan ini adalah Sultan Malik Al-Saleh yang tercantum pada sebuah nisan kubur yang ditemukan di daerah sekitar kerajaan. Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran karena serangan dari bangsa Portugis dan runtuh pada tahun 1524 M.
                

b. Kerajaan Aceh

                                           (www.artikelsiana.com)

Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama kabupaten Aceh Besar. Nama Aceh menanjak dengan cepat pada abad ke 17  masehi. Sultan pertama yang sekaligus menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Beliau merupakan raja Aceh pertama yang mau bekerja sama dengan Portugis. Selanjutnya, yang menjadi peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al Qahar. Kerajaan Aceh mengalami puncak keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Bandar Aceh mampu dibuka menjadi pelabuhan internasional dan beliau juga berhasil membuat UU tentang tata pemerintahan yang disebut Adat Makuta Alam. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, kerajaan Aceh berangsur-angsur mengalami kemunduran.

c. Kerajaan Demak

                                           (sejarahbudayanusantara.weebly.com)

Kerajaan Demak terletak di Demak,  Jawa Tengah. Kerajaan Demak ini adalah kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Beliau merupakan putra Prabu Kertabumi, seorang raja Majapahit. Wilayah kerajaan Demak cukup luas, yaitu meliputi daerah sepanjang pantai utara Jawa. Tahun 1518, Raden Patah digantikan oleh putranya, yaitu Pati Unus. Beliau bergelar Pangeran Sabrang Lor karena usahanya dalam memerangi Portugis di Malaka tahun 1513 M. Kerajaan Demak runtuh pada tahun 1568 M. 

 d. Kerajaan Pajang (1568-1586)


Kerajaaan Pajang adalah penerus dari kerajaan Demak. Ibukota kerajaannya adalah Kartasura. Pendiri kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng gunung Merapi. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Pemegang tahta selanjutnya setelah Sultan Hadiwijaya wafat adalah Sutawijaya, yang merupakan anak kandung dari Ki Ageng Pemanahan dan anak angkat dari Sultan Hadiwijaya sendiri. Saat Sutawijaya berkuasa, beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram (1586 M). Sejak itu berdirilah kerajaan Mataram Islam dengan ibukotanya di Kotagede, sebelah tenggara kota Yogyakarta.

e. Kerajaan Mataram Islam (abad 17-19 M)

                                                         (www.biografiku.com)

Kerajaan Mataram Islam berdiri tahun 1586 M dan raja pertamanya adalah Sutawijaya yang bergelar “Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama” artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama. Pusat kerajaan ini ada di Kotagede, Yogyakarta. Kerajaan Mataram mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645 M). Pada masa Sultan Agung banyak prestasi besar yang dicapai, seperti berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan berhasil menyusun UU yang merupakan perpaduan antara adat Jawa dengan hukum Islam yang disebut Surya Alam.
  
f. Kerajaan Banjar (1526  M)


Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalsel sekarang. Awalnya pusat kerajaannya ada di Kuin Utara, tetapi akhirnya dipindah ke Martapura setelah Kuin dihancurkan oleh Belanda. Sultan pertamanya adalah Sultan Suriansyah (Raden Samudera). Wilayah kerajaan Banjar cukup luas, hampir seluruh Kalimantan. Kerajaan Banjar runtuh saat berakhirnya Perang Banjar tahun 1905 M. Raja terakhir adalah Sultan Muhammad Seman (1862-1905 M). 

g. Kerajaan Gowa-Tallo
 


Pada awalnya, Kerajaan Gowa – Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar, terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam. Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653 – 1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transit di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.

Perkembangan Makassar menyebabkan VOC merasa tersaingi. Makassar tidak tunduk kepada VOC, bahkan Makassar membantu rakyat Maluku melawan VOC. Kondisi ini mendorong VOC untuk berkuasa di Makassar dengan menjalin kerja sama dengan Makassar, tetapi ditolak oleh Hasanuddin. Oleh karena itu, VOC menyerang Makassar dengan membantu Aru Palaka yang telah bermusuhan dengan Makassar. Akibatnya, benteng Borombong dan ibu kota Sombaopu jatuh ke tangan musuh, Hasanuddin ditangkap dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).   

Akibat kekalahannya, peranan Makassar sebagai penguasa pelayaran dan perdagangan berakhir. Sebaliknya, VOC memperoleh tempat yang strategis di Indonesia bagian timur. Rakyat Makassar yang tidak mau menerima Perjanjian Bongaya, seperti Kraeng Galesung dan Monte Merano, melarikan diri ke Mataram. Selanjutnya, untuk memperlemah Makassar, benteng Sombaopu dihancurkan oleh Speelman dan benteng Ujung Pandang dikuasai VOC diganti nama menjadi benteng Ford Roterdam.  

h. Kerajaan Ternate dan Tidore


Di Maluku terdapat dua kerajaan yang berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate terdiri dari persekutuan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, Ambon, (disebut Uli Lima) sebagai pimpinannya adalah Ternate. Adapun Tidore terdiri dari sembilan satuan negara disebut Uli Siwa yang terdiri dari Makyan, Jailolo, dan daerah antara Halmahera – Irian. Kedatangan Islam ke Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam sudah masuk daerah Maluku. Raja Ternate kedua belas, Molomateya (1350 – 1357) bersahabat karib dengan orang Arab yang memberi petunjuk mengenai cara membuat kapal. Raja yang benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin (1486 – 1500). Ia mendapat ajaran Islam dari Sunan Giri. Kekuasaan Ternate dan Tidore mencakup pulau-pulau yang ada di sekitarnya. Penghasilan utamanya adalah cengkih, pala, rempah-rempah, dan ramuan obat-obatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat Eropa.

Ketika bangsa Portugis datang ke Ternate, mereka bersekutu dengan bangsa itu (1512). Demikian juga ketika bangsa Spanyol datang ke Tidore, mereka juga bersekutu dengan bangsa itu (1512). Portugis akhirnya dapat mendirikan benteng Sao Paulo di Ternate dan banyak melakukan monopoli perdagangan. Tindakan ini menimbulkan perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Hairun (1550 – 1570). Tindakan Musquita menangkap Sultan Hairun dilepas setelah kembali, tetapi kemudian dibunuh setelah paginya disuruh berkunjung ke benteng Portugis.

Sultan Baabullah (1570 – 1583) memimpin perlawanan untuk mengenyahkan Portugis dari Maluku sebagai balasan terhadap kematian ayahnya. Benteng Portugis dikepung selama 5 tahun, tetapi tidak berhasil. Sultan Tidore yang berselisih dengan Ternate kemudian membantu melawan Portugis. Akhirnya, benteng Portugis dapat dikuasai setelah Portugis menyerah karena dikepung dan kekurangan makanan.

Tokoh dari Tidore yang anti-Portugis adalah Sultan Nuku. Pada tanggal 17 Juli 1780, Pata Alam dinobatkan sebagai vasal dari VOC dengan kewajiban menjaga keamanan di wilayahnya, yaitu Maba, Weda, Patani, Gebe, Salawatti, Missol, Waiguna, Waigen, negeri-negeri di daratan Irian, Pulau Bo, Popa, Pulau Pisang, Matora, dan sebagainya. Di sisi lain, Sultan Nuku terus mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Ternate dan Tidore.

 Pada tahun 1783, Pata Alam menjalankan strategi untuk meraih loyalitas raja-raja Irian. Akan tetapi, usaha tersebut menemui kegagalan, karena para utusan dengan pasukan mereka berbalik memihak Nuku. Akhirnya, Pata Alam dituduh oleh Kompeni bersekongkol dengan Nuku. Pata Alam ditangkap dan rakyat pendukungnya dihukum. Peristiwa ini sering disebut Revolusi Tidore (1783).

Untuk mengatur kembali Tidore, pada tanggal 18 Oktober 1783, VOC mengangkat Kamaludin untuk menduduki takhta Tidore sebagai vasal VOC. Di sisi lain, perjuangan Nuku mengalami pasang surut. Pada tahun 1794, gerakan tersebut mendapat dukungan dari Inggris. Sekembalinya dari Sailan, Pangeran Jamaludin beserta angkatannya menggabungkan diri dengan Nuku. Pada tanggal 12 April 1797 Angkatan Laut Nuku muncul di Tidore. Hampir seluruh pembesar Tidore menyerah, kecuali Sultan Kamaludin berserta pengawalnya. Mereka menyerahkan diri ke Ternate. Tidore diduduki oleh Nuku hingga meninggal tanggal 14 November 1805 dan digantikan oleh  adiknya sendiri, yaitu Zaenal Abidin.
 
 









 

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed by Ian Mintz TopTechTune